Kamis, 04 Juli 2013

Tok Pisin, -5 dan Canberra



Malam itu saya sedang menunggu bus di depan Uni-house. Seperti biasa, berdiri 5 menit sambil menikmati suhu -5, kemudian bus datang dan saya tag kartu MyWay sebagai tanda pembayaran. Saya melihat orang yang nampak familiar dan karenanya saya memberanikan diri untuk menyapa. Malam itu, saya tak sedang seperti biasa; wajarnya saya membawa bekal buku untuk dibaca di bus, atau melihat instagram di gadget untuk melepas penat, namun dua benda yang selalu menemani saya sedang tak akrab.
“Hello, you are familiar to me and i think i know you. Are you the tutor in Flexi-lab 1?
N: Sorry, a what?
A tutor in Chifley library?
N: Oh yes, yes..



Kita berdua sama-sama menaiki bus, dan saya sengaja tidak duduk dulu. Saya melihat-lihat bangku mana yang pas untuk obrolan ringan.    Kita duduk bersebelahan di belakang kursi sopir. Di Canberra, sopir memiliki “kandang” yang membatasinya agar fokus pada driving, safety first prinsipnya. Hanya ada dua kursi di belakang kandang itu, satu di kanan dan satu di kiri. 
“I always saw you when having ILP program at Chifley, i was in Flexi-lab 2 and you were in lab 1”
N: Oh, i see. So, you are studying here?
I’m doing my IAP and gonna start my master at CASS, ANU.
N: Wow, that’s great! My name is Neve, i am from PNG? and you?
My name is Shohib..
Nalar linguistik saya kemudian bangkit dan mulai mencari-cari apa saja dari PNG yang bisa dibicarakan, yang berkaitan dengan kebahasaan tentunya. FYI, jumlah bahasa di New Guinea adalah salah satu yang terbanyak di dunia, bahkan oleh salah satu profesor di ANU, Bob Dixon, dikatakan, NG adalah tempat dengan diversitas kebahasaan paling dahsyat dengan kompleksitas bahasa yang rumit.



“When i studied Linguistics in Indonesia, I knew that most of your people were talking in Tok Pisin”
N: Oh yes, yes. It is. But actually there are two (big) dialects. Tok Pisin and Motu. The first is basically English”
Saya sebenarnya mau memakai istilah Creole dan Pidgin, namun saya sengaja menghindari terma teknis itu karena saya saya ingin tahu lebih dalam perspektif bapak yang pekerjaanya mengelola perpus Menzies ini. 
kata “basically English” tentu menarik karena sebetulnya ia sadar dan tahu betul kalau bahasa itu adalah bahasa yang terbentuk karena kesepakatan, atas dasar lingua franca. Lanjut saja, saya berusaha memasang muka ingin tahu lebih banyak.
“Language is also about colonization”....(Silence for a minute)... and do you, i mean do people in your country having English in your schools?
Ia tak berbicara banyak soal penjajahan dan alam bahasa di negaranya itu. Ia mengalihkan pembicaraan, namun dengan topik yang sama, masih tentang bahasa. Nampaknya ia tertarik.
Well, actually the policy of our government is on that track. I mean started in 2006, policy on applying English in public schools as EMI did exist but it has been banned recently”.
N: I think it is good. It is better.
That’s is the topic that i really interested in. I’m doing an essay about it now.
N: Actually, i want to learn bahasa Indonesia..
Wow, but why?
N: Yes, i want to do so because you are our neighbors, we want to know you. Do you speak in bahasa and teach bahasa? i want to learn...
Karena saya sudah memutuskan untuk tidak bekerja selama 6 bulan pertama tinggal di Canberra, saya mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan tersebut agar bapak ini tidak merasa ditolak. Mungkin bagi orang lain ini adalah berkah. Tak gampang mencari kerja yang enak disini, nah ini, saya tak usah repot-repot mencari kerja dan tiba-tiba saat di bus ada orang yang mau memberi gaji tiap dua minggu. Belum sempat saya menjawab pertanyaan itu, bapak itu ingin tahu tentang saya lebih dalam.
N: What are you doing in Indonesia?
I’m working in a state university
Lecturing language?
Yes, i’m a young lecturer
N: Unbelievable..you are very good.
Momen ini saya jadikan momen untuk berbicara bilingualisme, dan saya merasa kewajiban untuk menjawab pertanyaan bapak yang tadi sudah hilang, bapaknya sendiri yang ganti topik...hehhe
“In my country, it is common for people to be bilingual; to speak two languages, Indonesian language is the official, national language to unify many ethnics who have already their own language. They can speak the particular vernacular and they can speak bahasa in formal conversation. Even, they could also speak in four languages when they going to boarding schools, as they learn arabic and they learn English too. It is very nice to have people like them.
N: “(Smiling happily)...That’s sounds great. I want to learn bahasa. My people, some of them also do the same”.
“I have a friend from PNG in my class who is doing Phd with related-to-language dissertation, i think it is about education and language. he’s name s Steven.
N: Wow, i think i know him.(Silence)...You are very nice young boy. By the way, PM of my country is now in Indonesia, or possibly two days ago.
Lantas saya mencoba menggiring isu bahasa yang sejak awal kita bicarakan ke dalam dunia politik. Tentu bahasa dan politik kaitannya sangat erat...sudah tak terbantahkan lagi :)
I’m sorry to say but what i heard was that there was no plane able to fly directly from Jakarta to Port Moresby”
N: That’s an issue among others that they arenow discuss. I hope it can be resolved”
I dislike to engage in practical politics of states because sometimes political stuffs is unreasonable. It is sometimes associated with prestige. no logic.
N: Yeah yeah (Nodding his head)
Bahasa dan politik jelas merupakan dua hal yang sangat menarik untk dibahas. tema dialek dan bahasa, kategorisasi keduanya biasanya saling bersinggungan. Apalagi kalo sudah dimasukkan ke dalam ranah sosiolinguistik. jadi lebih menarik.
Well, bus stop tempat saya berhenti sudah kelihatan. Saya pun memencet bel merah di tiang bus tanda ada penumpang yang mau berhenti di halte terdekat. Saya tag off kartu untuk mendapat concession dan kemudian menggunakan ekspresi fatis ke pak sopir dan mengucapkan "bye" ke bapak tadi...
Well, linguistik tidak melulu terkait dengan ruang kelas. ruang bus pun bisa menggugah gairah berlinguistik ria...

Canberra...


0 comments:

Posting Komentar